KATA
PENGANTAR
Puji
Syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena
berkat rahmat-Nya saya bias menyelesaikan makalah yang berjudul
“Manusia sebagai Makhluk Berbudaya”. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas mata kuliah “ Ilmu Budaya Dasar” .
Saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Semoga
makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Kehidupan
seseorang sangatlah kompleks, begitu juga dengan hubungan yang
terjadi pada manusia sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat terjadi
antara manusia dengan manusia, manusia dengan makhluk hidup, manusia
dengan alam, dan manusia dengan Sang Pencipta. Dan manusia diciptakan
dengan sempurna , dengan sebaik-baik bentuk yang dimiliki.
Manusia
juga harus bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan
pendidikan awal suatu interaksi sosial. Hal ini menjadikan manusia
harus mempunyai ilmu pengetahuan yang berlandaskan ketuhanan. Karena
dengan ilmu tersebut manusia dapat membedakan antara yang hak dengan
yang bukan haknya, dan antara kewajiban dan yang bukan kewajibannya.
Sehingga norma-norma dalam lingkungan berjalan dengan harmonis dan
seimbang.
Pendidikan
sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang sebagai “motivator”
terwujudnya kebudayaan yang tinggi. Selain itu pendidikan haruslah
memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar kebudayaan yang
dihasilkan member nilai manfaat bagi manusia itu sendiri khususnya
maupun bagi bangsa pada umunya.
Dengan
demikian dapat kita katakana bahwa kualitas mansuia pada suatu Negara
akan menentukan kualitas kebudayaan dari suatu Negara tersebut,
begitu pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang
tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.
1.2 Rumusan
Masalah
- Apa pengertian dari Manusia dan Budaya ?
- Apa pengertian dan fungsi kebudayaan ?
- Jelaskan manusia sebagai makhluk budaya !
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Teori
Manusia dan Budaya
2.1.1
Teori Manusia
Secara bahasa
manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens”(Latin),
yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal
budi(mampu menguasai makhluk lain). Selain istilah manusia dapat
diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau
realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Dalam
hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup
(living
organism).
Terbentuknya
pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim
dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik
lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik,
fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi lahir, ia
merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia
menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu
tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia
dianugerahi kepekaan (sense)
untuk membedakan (sense
of discrimination)
dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu.
Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.
Oleh karena itu
lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri, hal
ini dapat dilihat pada gambar siklus hubungan manusia dengan
lingkungan sebagai berikut:
Siklus
Hubungan Manusia
Gambar di atas
menggambarkan bahwa lingkungan dan manusia atau manusia dan
lingkungan merupakan hal yang tak terpisahkan sebagai ekosistem, yang
dapat dibedakan menjadi:
-
Lingkungan alam yang befungsi sebagai sumber daya alam
-
Lingkungan manusia yang berfungsi sebagai sumber daya manusia
-
Lingkungan buatan yang berfungsi sebagai sumber daya buatan
2.1.2
Teori Budaya
Budaya
atau kebudayaan
berasal dari bahasa
Sanskerta
yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia.
Dalam
bahasa
Inggris,
kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin
Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau bertani. Kata culture
juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa
Indonesia.
Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama
dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi
banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa
alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan
orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah
suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu
citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra
yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai
budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan
kolektif" di Cina.
Citra budaya yang
bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman
mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai
logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja
untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren
untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya
meramalkan perilaku orang lain.
2.2 Pengertian
dan Fungsi Kebudayaan
2.2.1
Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan
adalah salah satu istilah teoritis dalam ilmu-ilmu sosial. Secara
umum, kebudayaan diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang secara
sosial diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Makna
ini kontras dengan pengertian kebudayaan sehari-hari yang hanya
merujuk pada bagian tertentu warisan sosial, yakni tradisi sopan
santun dan kesenian. Istilah kebudayaan ini berasal dari bahasa latin
Cultura dari kata dasar colere yang berarti berkembang atau tumbuh.
Setiap individu
menjalankan kegiatan dan menganut keyakinannya sesuai dengan warisan
sosial atau kebudayaannya. Hal ini bukan semata-mata karena adanya
sanksi tersebut, atau karena mereka merasa menemukan unsur-unsur
motivasional dan emosional yang memuaskan dengan menekuni
kegiatan-kegiatan dan keyakinan cultural tersebut.
Dalam rumusan ini ,
istilah warisan sosial disamakan dengan istilah kebudayaan. Lebih
jauh, model tersebut menyatakan bahwa kebudayaan atau warisan sosial
lebih adaptif baik secara sosial maupun individual, mudah dipelajari,
mampu bertahan dalam waktu lama, normative dan mampu menimbulkan
motivasi. Namun tinjauan empiris terhadapnya memunculkan definisi
terbaru tentang kebudayaan seperti yang diberikan EB Taylor,
“Kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adab, serta kemampuan dan kebisaan
lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat”.
Ada beberapa
komponen utama kebudayaan, sebagai berikut :
- Individu
- Masyarakat
- Alam
Dari
catatan Supartono,
1992,
terdapat 170 definisi kebudayaan. Catatan terakhir Rafael
Raga Manan
ada 300 buah, beberapa diantaranya :
- Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan
berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap
dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan
hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran
didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
- Robert H Lowie
Kebudayaan
adalah segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat,
mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan
makan, keahlian yang diperoleh bukan dari kreatifitasnya sendiri
melainkan merupakan warisan masa lampau yang didapat melalui
pendidikan formal atau informal.
- Keesing
Kebudayaan
adalah totalitas pengetahuan manusia, pengalaman yang terakumulasi
dan yang ditransmisikan secara social.
- Koentjaraningrat
Kebudayaan
berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan
dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
- Rafael Raga Manan
Kebudayaan
adalah cara khas manusia beradaptasi dengan lingkungannya, yakni cara
manusia membangun alam guna memenuhi keinginan-keinginan serta tujuan
hidupnya, yang dilihat sebagai proses humanisasi.
- Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
Kebudayaan
merupakan hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan
jasmaniah.
2.2.2 Fungsi
Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai
fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam
kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya
seperti kekuatan alam, maupun yang bersumber dari persaingan manusia
itu sendiri untuk mempertahankan kehidupannya. Manusia dan masyarakat
memerlukan pula kepuasan baik dibidang materiil maupun spiritual.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut diatas, untuk sebagian besar dipenuhi
oelh kebudayaan yang bersumber dari masyarakat itu sendiri. Hasil
karya masyarakat menghasikan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang
mempunyai kegunaan utama melindungi masyarakat terhadap lingkungan.
Pada masyarakat yang taraf kebudayaannya lebih tinggi,
teknologi memungkinkan untuk pemanfaatan hasil alam bahkan
munghkin untuk menguasai alam. Di sisi lain karsa masyarakat
mewujudkan norma dan nilai-nilai sosial yang sangat perlu untuk
mengadakan tata tertib dalam pergaulan masyarakatnya.
Kebudayaan berguna
bagi manusia untuk melindungi diriterhadap alam, mengatur hubungan
antar manusia, dan sebagai wadah dari segenap perasaan manusia.
Kebudayaan akan mendasari, mendukung, dan mengisi masyarakat dengan
nilai-nilai hidup untuk dapat bertahan, menggerakkan serta membawa
masyarakat kepada taraf hidup tertentu yaitu hidup yang lebih baik,
manusiawi, dan berperi-kemanusiaan.
2.3 Manusia
sebagai Makhluk Budaya
Manusia
adalah mahluk berbudaya. Berbudaya merupakan kelebihan manusia
dibanding mahluk lain. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna
bila dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab untuk mengelola bumi. Oleh karena itu manusia
harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan
kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab dan etika moral
harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan
tanggung jawab agar bermakna bagi kemanusiaan. Selain itu manusia
juga harus mendayagunakan akal budi untuk menciptakan kebahagiaan
bagi semua makhluk Tuhan
Dengan
berbudaya, manusia dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan
hidupnya. Manusia menggunakan akal dan budinya dalam berbudaya.
Kebudayaan merupakan perangkat yang ampuh dalam sejarah kehidupan
manusia yang dapat berkembang dan dikembangkan melalui sikap-sikap
budaya yang mampu mendukungnya.
Banyak pengertian tentang budaya atau kebudayaan. Kroeber dan Kluckholn (1952) menginventarisasi lebih dari 160 definisi tentang kebudayaan, namun pada dasarnya tidak terdapat perbedaan yang bersifat prinsip
Banyak pengertian tentang budaya atau kebudayaan. Kroeber dan Kluckholn (1952) menginventarisasi lebih dari 160 definisi tentang kebudayaan, namun pada dasarnya tidak terdapat perbedaan yang bersifat prinsip
Konsep
kebudayaan membantu dalam membandingkan berbagai mahluk hidup. Isu
yang sangat penting adalah kemampuan belajar. Lebah melakukan
aktifitasnya hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun
dalam bentuk yang sama. Setiap jenis lebah mempunyai pekerjaan yang
khusus dan melakukan kegiatannya secara kontinyu tanpa memperdulikan
perubahan lingkungan disekitarnya. Lebah pekerja terus sibuk
mengumpulkan madu untuk koloninya. Tingkah laku ini sudah terprogram
dalam gen mereka yang berubah secara sangat lambat dalam mengikuti
perubahan lingkungan di sekitarnya. Perubahan tingkah laku lebah
akhirnya harus menunggu perubahan dalam gen. Hasilnya adalah
tingkah-laku lebah menjadi tidak fleksibel.
Berbeda
dengan binatang, tingkah laku manusia sangat fleksibel. Hal ini
terjadi karena kemampuan dari manusia untuk belajar dan beradaptasi
dengan apa yang telah dipelajarinya. Sebagai makhluk berbudaya,
manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan,
baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya.
Kebudayaan
mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar hidupnya.
Manusia berbeda dengan binatang, bukan saja dalam banyaknya
kebutuhan, namun juga dalam cara memenuhi kebutuhan tersebut.
Kebudayaanlah yang memberikan garis pemisah antara manusia
dan binatang .
Ketidakmampuan
manusia untuk bertindak instingtif diimbangi oleh kemampuan lain
yakni kemampuan untuk belajar, berkomunikasi dan menguasai
objek-objek yang bersifat fisik. Kemampuan untuk belajar dimungkinkan
oleh berkembangnya inteligensi dan cara berfikir simbolik. Terlebih
lagi manusia mempunyai budi yang merupakan pola kejiwaan yang di
dalamnya terkandung dorongan-dorongan hidup yang dasar, insting,
perasaan, dengan pikiran, kemauan dan hubungan yang bermakna dengan
alam sekitarnya dengan jalan memberi penilaian terhadap obyek dan
kejadian.
Manusia
adalah mahluk yang berbudaya. Berbudaya merupakan ciri khas kehidupan
manusia yang membedakannya dari mahluk lain. Manusia dilahirkan dalam
suatu budaya tertentu yang mempengaruhi kepribadiannya. Pada umumnya
manusia sangat peka terhadap budaya yang mendasari sikap dan
perilakunya.
Kebudayaan
merupakan induk dari berbagai macam pranata yang dimiliki manusia
dalam hidup bermasyarakat. Etika merupakan bagian dari kompleksitas
unsur-unsur kebudayaan. Ukuran etis dan tidak etis merupakan bagian
dari unsur-unsur kebudayaan. Manusia membutuhkan kebudayaan, yang
didalamnya terdapat unsur etika, untuk bisa menjaga kelangsungan
hidup. Manusia yang berbudaya adalah manusia yang menjaga tata aturan
hidup.
Etika
dapat diciptakan, tetapi masyarakat yang beretika dan berbudaya hanya
dapat diciptakan dengan beberapa persyaratan dasar, yang membutuhkan
dukungan-dukungan, seperti dukungan politik, kebijakan, kepemimpinan
dan keberanian mengambil keputusan, serta pelaksanaan secara
konsekuen. Selain itu dibutuhkan pula ruang akomodasi, baik lokal
maupun nasional di mana etika diterapkan, pengawasan, pengamatan, dan
adanya pihak-pihak yang memelihara kehidupan etika. Kesadaran etis
bisa tumbuh karena disertai akomodasi.
Berbudaya,
selain didasarkan pada etika juga terkandung estetika di dalamnya.
Jika etika menyangkut analisis dan penerapan konsep seperti benar,
salah, baik, buruk, dan tanggung jawab, estetika membahas keindahan,
bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa
merasakannya .
Hakikat
kodrat manusia itu adalah :
- sebagai individu yang berdiri sendiri (memiliki cipta, rasa, dan karsa).
- sebagai makhluk sosial yang terikat kepada lingkungannya (lingkungan sosial, ekonomi, politik, budaya dan alam), dan
- sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Perbuatan-perbuatan baik manusia haruslah sejalan dan sesuai dengan hakikat kodratinya.
Manusia
dipandang mulia atau terhina tidak berdasarkan aspek fisiologisnya.
Aspek fisik bukanlah tolak ukur bagi derajat kemanusiaannya.
Hakikat
kodrati manusia tersebut mencerminkan kelebihannya dibanding mahluk
lain. Manusia adalah makhluk berpikir yang bijaksana (homo sapiens),
manusia sebagai pembuat alat karena sadar keterbatasan inderanya
sehingga memerlukan instrumen (homo faber), manusia mampu berbicara
(homo languens), manusia dapat bermasyarakat (homo socious) dan
berbudaya (homo humanis), manusia mampu mengadakan usaha (homo
economicus), serta manusia berkepercayaan dan beragama (homo
religious), sedangkan hewan memiliki daya pikir terbatas dan benda
mati cenderung tidak memliki perilaku dan tunduk pada hukum
alam.
Keunggulan
manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab berkat
ketekunannya memantau berbagai gejala dan peristiwa alam. Manusia
tidak lagi menemukan kenyataan sebagai sesuatu yang selesai,
melainkan sebagai peluang yang membuka berbagai kemungkinan. Setiap
kenyataan mengisyaratkan adanya kemungkinan. Transendensi manusia
terhadap kenyataan yang ditemuinya sebagai pembuka berbagai
kemungkinan itu merupakan kemampuannya yang paling mendasari
perkembangan pengetahuannya.
Manusia juga harus
bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan awal
dalam suatu interaksi sosial. Hal ini menjadikan manusia harus
mempunyai ilmu pengetahuan yang berlandaskan ketuhanan. Pendidikan
sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang sebagai “motivator”
terwujudnya kebudayaan yang tinggi. Selain itu pendidikan haruslah
memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar kebudayaan yang
dihasilkan memberi nilai manfaat bagi manusia itu sendiri khususnya
maupun bagi bangsa pada umumnya.
Kebudayaan yang
diciptakan dan dimiliki oleh manusia mencerminkan pribadi manusia
sebagai mahlu ciptaan yang paling sempurna diantara yang lainnya.
Kebudayaan yang terus berkembang di kehidupan bermasyarakat dapat
menjadi suatu tolak ukur dalam melihat betapa berbudayanya masyarakat
di dalam suatu Negara.
Dengan demikian
dapat kita katakan bahwa kualitas manusia pada suatu negara akan
menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara tersebut, begitu
pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi.
Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.
Sebagai
bangsa yang majemuk, Indonesia memiliki dua macam sistem budaya yang
sama-sama harus dipelihara dan dikembangkan, yakni sistem budaya
nasional dan sistem budaya etnik lokal. Sistem budaya nasional adalah
sesuatu yang relatif baru dan sedang berada dalam proses
pembentukannya. Sistem ini berlaku secara umum untuk seluruh bangsa
Indonesia, tetapi sekaligus berada di luar ikatan budaya etnik lokal.
Nilai-nilai
budaya yang terbentuk dalam sistem budaya nasional bersifat
prospektif, misalnya kepercayaan religius kepada Tuhan Yang Maha Esa;
pencarian kebenaran duniawi melalui jalan ilmiah; penghargaan yang
tinggi atas kreativitas dan inovasi, efisiensi tindakan dan waktu;
penghargaan terhadap sesama atas dasar prestasinya lebih daripada
atas dasar kedudukannya; penghargaan yang tinggi kepada kedaulatan
rakyat; serta toleransi dan simpati terhadap budaya suku bangsa yang
bukan suku bangsanya sendiri.
Nilai-nilai
tersebut menjadi bercitra Indonesia karena dipadu dengan nilai-nilai
lain dari nilai-nilai budaya lama yang terdapat dalam berbagai sistem
budaya etnik lokal. Kearifan-kearifan lokal pada dasarnya dapat
dipandang sebagai landasan bagi pernbentukan jatidiri bangsa secara
nasional. Kearifan-kearifan lokal itulah yang membuat suatu budaya
bangsa memiliki akar. Budaya etnik lokal seringkali berfungsi sebagai
sumber atau acuan bagi penciptaan-penciptaan baru, seperti dalam
bahasa, seni, tata masyarakat, dan teknologi, yang kemudian
ditampilkan dalam perikehidupan lintas budaya.
Kebudayaan di
Indonesia sangat beragam karena memiliki banyak perbedaan antar
manusia yang berada di tanah inonesia, namun Indonesia mempunyai
semboyan bhineka tunggal ika yang diartikan walaupun berbeda – beda
tetapi tetap satu . pada setiap daerah memiliki adat istiadat yang
berbeda – beda pula, itulah yang membedakan aturan – aturan di
tiap daerah . seperti suku asmat di papua dengan pakaian khas bagi
kaum laki laki yang menggunakan koteka dan bahkan penduduknya
ada juga yang tidak memakai busana, tetapi hal itu tidak di langgar
karena sudah menjadi tradisi disana . apabila hal seperti itu ada di
daerah Jakarta sudah dapat dipastikan sudah melanggar aturan
hukum yang berlaku . seperti itulah mengapa peraturan di setiap
daerah di Indonesia cukup beragam . budaya di Indonesia sangat kuat
karena adanya budaya yang turun – temurun dari nenek moyang hingga
sekarang . dan masih banyak acara adat di berbagai daerah untuk
melestarikan budayanya masing – masing daerah .
Perilaku manusia
berbudaya adalah perilaku yang dijalankan sesuai dengan moral,
norma-norma yang berlaku dimasyarakat, sesuai dengan perintah di
setiap agama yang diyakini, Dan sesuai dengan hukum Negara yang
berlaku. Dalam berperilaku, manusia yang berbudaya tidak menjalankan
sikap-sikap atau tindakan yang menyinpang dari peraturan-peraturan
baik berupa norma- norma yang ada di masyarakat maupun hokum yang
berlaku.
Oleh karena itu
sifat manusia yang berbudaya itu yang harus dimiliki setiap manusia
khususnya bangsa Indonesia yang dikenali sebagai Negara yang besar
dengan banyaknya budaya yang dimiliki. Jadilah manusia yang memiliki
budaya yang tinggi yang menjadikan manusia tersebut sebagai manusia
yang berbudaya dan tentu manusia yang berbudaya itu pasti juga
manusia yang berpendidikan, akan tetapi sebaliknya manusia yang
berpendidikan itu belum tentu dia manusia yang berbudaya. Banyak
contoh di negara ini manusia yang pintar atau berpendidikan yang
melakukan banyak tindak kejahatan atau menyimpang contohnya seperti
korupsi. Itu semua terjadi karena mereka tidak menjadi manusia yang
berbudaya Dan akibatnya mereka tidak memiliki moral, kejujuran, Dan
rasa tanggung jawab.
Karena itu jadilah
manusia yang berbudaya. Dengan menjadi manusia yang berbudaya maka
masyarakat akan memiliki sikap yang berakal budi, bermoral, sopan dan
santun dalam menjalani kehidupan diri sendiri ataupun berbangsa dan
bernegara. Sikap Dan sifat manusia yang berbudaya itu juga yang akan
menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang besar yang memiliki jati diri
sendiri sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat.
2.4 Proses
dan Perubahan Kebudayaan
Proses
pembudayaan
adalah tindakan yang menimbulkan dan menjadikan sesuatu lebih
bermakna untuk kemanusiaan. Proses tersebut diantaranya :
Internalisasi
Merupakan proses
pencerapan realitas obyektif dalam kehidupan manusia.
Sosialisasi
Proses
interaksi terus menerus yang memungkinkan manusia memperoleh
identitas diri serta ketrampilan-ketrampiulan sosial. Dalam
keseharian sosialisasi bisa dikatakan sebagai proses menjelaskan
sesuatu kepada anggota masyarakat agar mengetahui adanya suatu
konsep, kebijakan, suatu peraturan yang menyangkut hak dan kwajiban
mereka.
Enkulturasi
Enkulturasi
adalah pencemplungan seseorang kedalam suatu lingkungan kebudayaan,
dimana desain khusus untuk kehidupan kelihatan sebagai sesuatu yang
alamiah belaka.
Difusi
Meleburnya
suatu kebudayaan dengan kebudayaan lain sehingga menjadi satu
kebudayaan.
Akulturasi
Akulturasi
adalah percampuran dua atau lebih kebudayaan yang dalam percampuran
itu masing-masing unsurnya masih kelihatan.
Asimilasi
Asimilasi
adalah proses peleburan dari kebudayaan satu ke kebudayaan lain.
Faktor-faktor
penyebab perubahan kebudayaan :
- Faktor intern
- Bertambah atau berkurangnya penduduk
- Penemuan-penemuan baru (inovation – discoveri [gagasan] – invention [diterapkan dalam masyarakat]
- Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat (konflik)
- Pemberontakan / revolusi
- Faktor ekstern
- Perubahan lingkungan fisik manusia ( bencana alam )
- Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
- Peperangan
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kebudayaan adalah
salah satu istilah teoritis dalam ilmu-ilmu sosial. Secara umum,
kebudayaan diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang secara sosial
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dari pembahasan
diatas kami dapat simpulkan bahwa manusia berhubungan erat dengan
kebudayaan yang ada pada lingkungan sekitarnya. Karena kebudayaan
tersebut merupakan cara beradaptasi untuk mengatur hubungan antar
manusia sebagai wadah masyarakat menuju taraf hidup tertentu.
Kebudayaan
berpengaruh dalam membentuk pribadi seseorang sehingga mengharuskan
manusia untuk mengikuti norma-norma yang ada pada budaya tersebut.
Dengan demikian,
budaya patokan cara hidup manusia di tempat dia berada. Selain itu
dalam kebudayaan mengajarkan tentang keimanan
3.2
Saran
Kita sebagai mahluk
berbudaya semestinya melestarikan budaya yang kita punya, jangan
sampai budaya yang kita punya tidak kita lestarikan dan sampai punah.
Karena siapa lagi jika bukan kita penerus bangsa yang melestarikan?
Kita lestarikan
baik-baik budaya yang telah kita punya agar tidak diakui oleh bangsa
lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Taylor,
E.B (1958/1871) Primitive Culture : Researches in the Development of
Mythologi, Religion, art and Custom, Gloucester, MA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar